Selasa, 30 September 2014

Sejarah Kain Sasirangan (kain khas Kalsel)


Sasirangan adalah kain tradisi suku Banjar yang sejak tahun 1980-an naik daun namanya karena menjadi tren baru dalam kebiasaan berbusana masyarakat Banjar. Sejatinya sasirangan adalah kain pamintan yang menjadi bagian dalam sarana upacara pengobatan tradisional masyarakat Banjar kuno.Pamintan artinya kain tersebut dibuat berdasarkan permintaan. Kain yang diminta (dipesan) itu kemudian dikenakan dalam upacara pengobatan untuk tujuan penyembuhan penyakit keluarga yang bersangkutan.

Menurut cerita tutur, sasirangan dan pamintan ada sejak zaman kerajaaan Banjar di Negara Dipa (Amuntai). Sasirangan dikaitkan dengan keberadaan sosok Putri Junjung Buih. Putri yang konon muncul dari atas buih ini pernah minta dibuatkan kain sasirangan yang dirajut khusus oleh 40 gadis sebagai syarat ketika ia akan menggelar acara perkawinan agung dengan Pangeran Suryanata, pendiri dinasti pertama Negara Dipa.
Para pembuat (pengembang) sasirangan generasi pertama (awal tahun 1980-an) seperti Ida Fitriah Kesuma dan Norhayati yang hidup pada zaman yang serba modern tetap tak dapat memutus kaitan yang bersifat supranatural saat bersentuhan dengan sasirangan. Beberapa motif sasirangan (bayam raja, ombak, aneka rupa hewan dll) bahkan lahir dari hasil persinggungan dengan dimensi dunia lain tadi. Sosok Putri Junjung Buih, Putri Mayang Sari (Putri Mayang Maurai) hadir menjadi wangsit ketika motif-motif diciptakan (yang mungkin lebih tepat dikatakan “dilahirkan lagi” dari motif-motif kuno setelah menghilang sekian ratus tahun).
Di Banjarmasin, jejak tradisi pembuatan pamintan pada abad silam dapat dilacak dari keluarga Enci Fatmah. Wanita asal Palembang ini tinggal di Seberang Masjid. Ia adalah istri Gusti Pangeran Abdul Gani. Setelah Enci Fatmah tiada, anak pertamanya Antung Arbayah (Gusti Arbayah) menjadi pelanjut sebagai pembuat pamintan hingga ia sendiri kemudian meninggal dunia dalam usia lanjut pada tahun 1996.
Baik Enci Fatmah maupun Antung Arbayah kala itu tinggal di rumah lanting (bangunan rumah yang berdiri di atas fondasi batang-batang bambu yang didirikan di atas sungai) di sekitar lokasi Klub Seberang Masjid. Klub adalah Gedung Sarikat Islam pada zaman penjajahan Belanda yang sekarang ini menjadi tempat kegiatan pendidikan milik Muhammadiyah. Dari Antung Arbayah yang lebih dikenal dengan sebutan Antung Kacil inilah cerita sasirangan bermula. Sebagai penjaga tradisi di keluarganya semula Antung Kacil menolak mentah-mentah mengungkapkan cara pembuatan pamintan ketika didatangi Ida Fitriah Kesuma dan Gusti Noorsehan Djohansyah, tokoh organisasi wanita Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Kalimantan Selatan. “Untuk apa membuat kain paminitan. Apa mau mata picak tangan tengkong?” ujar Antung Kacil. Kepada Ida, Antung Kacil menyebutkan ancaman “mata picak tangan tengkong (mata buta dan tangan bengkok)” jika ada orang yang bukan tutus bangsawan mengambil alih pembuatan kain yang syarat nilai magis itu.
Dengan dukungan kuat dari Gusti Noorsehan Djohansyah, Ida yang rupanya juga masih berdarah bangsawan Banjar akhirnya berhasil memperoleh izin untuk mempelajari cara pembuatan pamintan.  
Setelah mendapat pelajaran besar dari Antung Kacil, tak lama sesudah itu dibentuk Banawati (berarti Pelangi), kelompok pengrajin kain sasirangan pertama di Banjarmasin. Banawati berdiri tanggal 10 Agustus 1982 dengan pengurus Ida Fitriah Kesuma (Ketua), Sutarya (Sekretaris) dan Hj Rafiah (Bagian Pengadaan). Pusat kegiatan Kelompok Banawati  di rumah Gusti Noorsehan Djohansyah di Jalan Jawa (Jalan DI Panjaitan, sekarang lokasi Gedung Djok Mentaya Harian Banjarmasin Post).
Sebelum itu, pada tanggal 24 Juli 1982 Perwari menyelenggarakan  pelatihan dan keterampilan  mengenai pencelupan dan pembuatan kain sasirangan di Gedung Wanita Jalan Taman Sari. Sebagai pengajar pembuatan kain sasirangan adalah Ida Fitriah Kesuma, sedangkan telnik pencelupan disampaikan oleh Mahyuddin Bsc.
Hasil dari kegiatan belajar mengajar sasirangan itu diperkenalkan ke umum untuk pertama kalinya dalam sejarah pada sebuah pergelaran busana sasirangan perdana di Kalimantan Selatan pada 27 Desember 1982 di Hotel Febiola, Jalan A Yani Km 4,5  Banjarmasin. Peragaan busana sasirangan ini diresmikan oleh oleh Ketua Dekranas Kalsel sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK Kalsel Hj Noorlatifah Said

Tidak ada komentar: